Postingan

Berdiri di atas opini

    Kehidupan manusia berbeda dengan kehidupan binatang. Binatang hidup menurut instingnya, realitanya. Jika lapar binatang mencari makan. Jika haus ia mencari air untuk minumnya. Dan, binatang tidak nemerlukan penyimpanan makanan, kecuali sebatas jebutuhan. Binatang juga tidak mengumpulkan berbagai macam benda untuk perhiasan dalam kehidupannya. Karena binatang hidup berdasarkan realita!    Lain halnya dengan manusia, ia hidup di atas bangunan opini, pendapat. Manusia, pada umumnya, tidak mengetahui hakikat hidupnya sendiri. Manusia umumnya juga tidak mengetahui apa yang ada dibalik kematian. Manusia tidak mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi pada dirinya di hari esok, dikemudian hari. Karena itu ia perlu beransumsi, berandai-andai. Manusia melakukan spekulasi! Mula-mula manusia mengumpulkan harta-benda, sebagai bekal di hari nanti.    Pikiran manusia berkembang terus. Mula'mula benda diterima apa adanya. Benda dipakai menurut manfaatnya. Kemudian benda diber

Konflik Para Wali dengan Siti Jenar

      Pada waktu itu Siti Jenar oleh para wali dianggap mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat umum. Pendapat Siti Jenar dipandang tidak sesuai dengan isi Alqur'an dan hadis. Para wali lain [ Siti Jenar sendiri adalah salah satu Wali 9 ] merasa kehilangan pengaruhnya, karena adanya ajaran Siti Jenar. Karena itu para wali yang erat hubungannya dengan Sultan Demak, berusaha menghentikan Siti Jenar. Para wali menuduh dia telah mencemoohkan syariat Arab. Orang-orang yang belajar agama Islam pada Siti Jenar dipandang telah tersesat.    Siti Jenar dipandang telah mengajarkan ilmu untuk menyingkap rahasia alam. Ilmu tetsebut sebenarnya tidak dapat diajarkan kepada sembarang orang. Mengapa ? Kata para wali,  bila ilmu itu diajarkan kepada sembarang orang maka rusaklah tatanan syariat agama yang telah ditetapkan di Kesultanan Demak Bintoro. Para wali merasa pekerjaannya menjadi sia-sia belaka. Siti Jenar dipandang membangkang kesultanan dengan kedok agama. Karena itu dia har

Perbedaan Pendapat

         Siti Jenar adalah seorang yang cerdas dalam membaca kebenaran ayat-ayat-Nya. Banyak hal-hal yang ditulis oleh orang barat sekarang ini, telah dikemukakannya lima ratus tahun tang lalu.(4) Siti Jenar menyadari bahwa Alqur'an yang diturunkan kepada Junjungan Nabi Muhammad itu telah dikembangkan dalam praktik-praktik Islam oleh para bijak dan wali, sebenarnya itu hanya perbedaan pendapat. Mengapa mesti bertengkar?    Lho, bukankah Islam itu berdasarkan Alqur'an dan hadis? Benar! Landasan pokok Islam adalah Alqur'an dan hadis. Apa yang disebut hadis sebenarnya adalah bentuk pemahaman Rasul terhadap Alqur'an. Kitab suci Alqur'an akan tidak berarti apa-apa bila tidak diamalkan, dipraktikkan. Dan, untuk mengamalkannya memerlukan pemahaman dan penafsiran. Nah, orang yang pertama kali menafsirkan Alqur'an agar bisa diamalkan di suatu keadaan geografi dan lingkungan hidup syiar Islam adalah Nabi Muhammad, Rasul Allah.    Sepeninggal Rasul, Islam menyebar ke l

Pendapat

       Di awal kisah diungkapkan dalam pupuh pertama "Sinom", Siti Jenar mendengar bahwa Ki pengging telah mengikuti kepercayaan yang sesuai dengan pendapatnya. Ki Ageng Penggingalias Raden Kebo Kenongo adalah cucu Raja Majapahit terakhir Brawijaya. Berita ini  tentu saja membuat Siti Jenar gembira. Dia segera pergi ke pengging untuk menemuinya.    Setiba di Pengging, Siti Jenar menemuinya di masjid. Siti Jenar mengungkapkan bahwa sebenarnya sudah lama ingin menghadap Ki Pengging. Maksudnya untuk saling bertukar pikiran dan pendapat. Syekh merasa malu bila sesama orang yang bijaksana bertengkar karena berlainan pendapat.    DARI cuplikan kisah tersebut kita mengetahui bahwa Siti Jenar menyadari bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan para bijak atau para wali. Tentunya ada orang-orang yang sependapat dengannya, dan ada pula yang mengikuti pendapat para wali. Jika kita secara jujur mempelajari sejarah agama, maka yang berkembang di tengah perjalanan sejarah agama adalah b

Siapakah syekh siti jenar sebenarnya

Siapakah Syekh Siti Jenar ?    Di buku ini telah disebutkan bahwa buku ini tidak dimaksudkan untuk mencari kebenaran sejarah tentang ada tidaknya Siti Jenar. Juga tidak dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran kisahnya.    Buku ini hendak mengupas dan mengulas tentang ajaran yang melatarbelakangi kematiannya. Agar bisa menangkap ajaran kematian yang dipeganginya, dalam buku ini sedikit mengungkapkan siapa sebenarnya dia itu.    Siti Jenar sebenarnya anak seorang raja-pendeta di daerah Cirebon. Dia sangat kritis terhadap tatanan yang ada. Sehingga kadang-kadang ayahnya Sang Raja-pendeta ini tersinggung dengan prilakunya.    Siti Jenar yang nama aslinya Ali Hasan, menempuh pendidikan agamanya di Timur Tengah, di Baghdad khususnya. Tampaknya dia belajar agama dari orang-orang syi'ah, Sufi dia mempelajari kitab "Ikhya Ulumuddin"nya Al Ghazali, dan golongan Mu'tazilah. Kitab yang dikajinya adalah kitab Kailani. Dan, tampaknya Siti Jenar bukan hanya belajar