Perbedaan Pendapat

  

      Siti Jenar adalah seorang yang cerdas dalam membaca kebenaran ayat-ayat-Nya. Banyak hal-hal yang ditulis oleh orang barat sekarang ini, telah dikemukakannya lima ratus tahun tang lalu.(4) Siti Jenar menyadari bahwa Alqur'an yang diturunkan kepada Junjungan Nabi Muhammad itu telah dikembangkan dalam praktik-praktik Islam oleh para bijak dan wali, sebenarnya itu hanya perbedaan pendapat. Mengapa mesti bertengkar?


   Lho, bukankah Islam itu berdasarkan Alqur'an dan hadis? Benar! Landasan pokok Islam adalah Alqur'an dan hadis. Apa yang disebut hadis sebenarnya adalah bentuk pemahaman Rasul terhadap Alqur'an. Kitab suci Alqur'an akan tidak berarti apa-apa bila tidak diamalkan, dipraktikkan. Dan, untuk mengamalkannya memerlukan pemahaman dan penafsiran. Nah, orang yang pertama kali menafsirkan Alqur'an agar bisa diamalkan di suatu keadaan geografi dan lingkungan hidup syiar Islam adalah Nabi Muhammad, Rasul Allah.


   Sepeninggal Rasul, Islam menyebar ke luar Jazirah Arab. Islam bersentuhan dengan budaya non-Islam yang sudah mapan, seperti budaya Romawi dan Persia. Islam juga bersentuhan dengan agama-agama yang sudah mapan di Timur Tengah, seperti Yahudi, Kristen, dan Majusi. Karena itu, tidak lebih dari seperempat abad daru masa Nabi, muncul berbagai pandangan dan aliran dalam agama Islam. Mula-mula perbedaan yang bersifat politis pada masa kekhalifaan Ali bin Abu Thalib ra, khalifah Rasyidun yang ke-4 [656-661 M/36-41 H], yaitu Ahli Sunnah, Syi'ah dan Khawarij.


   Lalu, satu abad kemudian di kalangan Ahli Sunnah muncul berbagai madzhab besar fikih, seperti Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah, dan Hambaliyah [Hanabilah]. Dari lingkungan "Kalam" [paham ketuhanan], muncul Mu'tazilah dan Asy'ariyah. Syi'ah juga mempunyai paham fikih dan teologinya sendiri. Dan, di dalam Syi'ah pun ada madzhab-madzhab. Masing-masing berkembang.


   Apa artinya semua itu? Artinya, setelah agama Islam meluas, berbagai pandangan dan penafsiran Alqur'an juga berkembang. Ulama-ulama dari berbagai kelompok Islam berusaha memahamkan isi Alqur'an yang sesuai dengan zaman dan lingkungan masyarakatnya. Bagi Siti Jenar, praktik-praktik syariat Islam yang berkembang di masyarakat adalah buah pikiran dan pendapat ulama Islam. Memang landasan pokok praktik-praktik itu adalah Alqur'an. Tetapi, bentuk penerapannya di suatu daerah atau komunitas Islam adalah hasil pikiran ulama Islam. Dan, sekarang ini pun kita bisa menyaksikam bagaimana awal puasa Ramadan dapat berbeda meskipun berada dalam batas geografi yang sama. Hari Raya Id pun berbeda. Bentuk gerakan tertentu dalam shalat pun berbeda. Agar tidak terjadi pertikaian akibat perbedaan pendapat, ulama Islam menegaskan bahwa itu hanya khilafiyah. Sesuatu yang diperselisihkan kebenarannya. Yang lebih lunak menyebutkan bahwa perbedaan itu hanya masalah furu'iyah, cabang, dan bukan masalah pokok! Tak perlu dipertengkarkan.


   Siti Jenar malu bila perbedaan paham dipertengkarkan. Apalagi jika perbedaan itu dipertikaikan hingga terjadi pertumpahan darah. Perbedaan adalah rahmat bila orang-orang yang berbeda pendapat itu telah tercerahkan. Jika kesadaran telah tumbuh, perbedaan pahan itu hanyalah masalah pribadi. Ya, masalah pribadi! Perbedaan timbul karena adanya perbedaan cara memandang sesuatu yang diperselisihkan itu. Namun, sering perbedaan itu dikemas dalam bentuk politik atau kekuasaan. Golongan yang kuat ingin melindas habis orang-orang yang pendapatnya berseberangan.


   Bagi Syekh di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka dan duka, menderita sakit dan duka nestapa. Tidak ada bedanya satu dengan yang lain. Dan Siti Jenar hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Dzat Maulana, Tuhan yang maha pelindung [pupuh 3:39]. Untuk itu para wali yang berbeda pendapat dengan Siti Jenar diminta tidak mengganggu urusan sesamanya [pupuh 5:19].


   Bagi Siti Jenar, perbedaan pendapat atau pandangan tidak sepatutnya tidak diangkat ketingkat perseteruan. Tak perlu ada korban timbul karena perbedaan pendapat. Bukankah setiap orang berhak untuk berpegangan pada pendapat yang paling cocok dengan kehidupannya? Setiap orang memiliki rasa suka dan duka. Seseorang mengikuti suatu pendapat adalah untuk membangkitkan rasa bahagia dalam dirinya, dan menghilangkan rasa duka yang ada. Yang penting pendapat itu tidak untuk mengganggu urusan orang. Pendapat adalah hasil pemahaman seseorang terhadap sesuatu. Karena itu, pendapat tak perlu dipaksakan kepada orang lain untuk menerimanya. Orang boleh bertukar pikiran, tetapi bukan untuk menjatuhkan yang lain.


   Bilamana orang bisa menerima perbedaan pendapat, maka dia adalah seorang demokrat. Jadi, 500 tahun yang lalu Siti Jenar telah memancangkan tonggak demokrasi di Nusantara ini. Hanya Tuhan Gusti Maulana, yang patut diibadahi. Manusia tak layak melakukan penguasaan terhadap yang lain. Lebih-lebih jika agama digunakan sebagai kedok untuk mrnguasai orang lain. Hal ini betul-betul ditantang olehnya. Tentu saja orang akan nempertahankan pendapatnya mati-matian bila pendapatnya disalahkan. Karena pendapat adalah bagian kehidupan seseorang.

(4)Kisah Siti Jenar terjadi pada masa pemerintahan Sultan Demak Bintoro, Raden Patah (memerintah dari 1500 - 1518).